Wednesday, October 16, 2019

Makalah Dokumentasi Keperawatan

MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN


DI SUSUN OLEH
I NYOMAN ADE INDRA WIRAWAN
NIM : PO7120116016
TINGKAT II A
D III KEPERAWATAN





POLTEKKES KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
D III KEPERAWATAN
2017


KATA PENGANTAR
          Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya . sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Dokumentasi Keperawatan dengan baik. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
            Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doa nya.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan dapat mengetahui tentang Dokumentasi dalam Keperawatan. makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.


                                                                      DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………..……I
Daftar isi……………………………………………………………………….....…….…II
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang…………………………………………………………………….1
1.2    Rumusan Masalah……………………………………………………………....1
1.3    Tujuan Penulisan………………………………………………………………...2
1.4    Manfaat Makalah………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Dokumentasi……………………………………………………….3
2.2    Tujuan Dokumentasi…………………………………………………………...4
2.3    Prinsip-prinsip Dokumentasi………………………………………………..4
2.4    Manfaat Dokumentasi………………………………………………………....5
BAB III PENUTUP
3.1    Kesimpulan……………………………………………………………………....…8
3.2    Saran…………………………………………………………………………….....…8
DAFTAR PUSTAKA



                                                                              BAB I
                                                                 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan profesional. Perawat profesional diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.
Komponen penting dalam  pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan dan standar asuhan keperawatan. Efektifitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang relevan serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan.
Salah satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi keperawatan profesional yang akan tercapai dengan baik apabila sistem pendokumentasian dapat dilakukan dengan benar. Kegiatan pendokumentasia meliputi ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan mendokumenasikan proses keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
Konsep solusi terhadap masalah diatas perlu disusun standar dokumentasi keperawatan agar dapat digunakan sebagai pedoman bagi perawat dengan harapan asuhan keperawatan yang dihasilkan mempunyai efektifitas dan efisiensi.

1.2Rumusan Masalah
1.Apakah pengertian Dokumentasi Keperawatan?
2.Apakah Tujuan Dokkumentasi Keperawatan?
3.Apa saja Prisip-prinsip Dokumentasi Keperawatan?
4.Apakah manfaat Dokumentasi Keperawatan?


1.3Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui pengertian dokumentasi dalam keperawatan
2.Untuk mengetahui tujuan dilakukannya dokumentasi dalam keperawatan
3.Untuk mengetahui prinsip-prinsip dokumentasi dalam keperawatan
4.Untuk mengetahui manfaat dokumentasi dalam keperawatan

1.4Manfaat Penulisan
Dari penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat dan berharga bagi:
a)Penulis
Sebagai media belajar untuk manambah pengetahuan dan pengalaman serta menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.
b)Institusi
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah perbendaharaan bacaan bahan bagi mahasiswa/mahasiswi Akademi keperawatan poltekkes kemenkes palu. 



                                                                           BAB II
                                                                 PEMBAHASAN

A.Pengertian Dokumentasi Keperawatan
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam “persoalan hukum“.
Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting   (Tungpalan ,1983). Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah memberi asuhan kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan/kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan/kebidanan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggungjawabkan. Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar.
Dengan demikian pemahaman dan ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan/kebidanan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan/kebidanan secara baik dan benar.
Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal, dari status sehat sakit pasien pada saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan, yang menggambarkan asuhan keperawatan atau kebidanan yang diberikan. Umumnya catatan pasien berisi imformasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa keperawatan dan medik, respons pasien terhadap asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan dan respons terhadap pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk intervensi lebih lanjutan. Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan akan sangat membantu komunikasi antara sesama perawat/bidan maupun disiplin ilmu lain dalam rencana pengobatan.
Pendokumentasian dilakukan setelah pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan dilakukan dan disesuaikan urutan waktu. Adapun manfaat dari pendokumentasian diantaranya sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan lainnya, sebagai dokumen resmi dalam sistem pelayanan kesehatan, sebagai alat pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien (Effendi, 1995).

B.Tujuan Dokumentasi Keperawatan

Tujuan utama dari pendokumentasian adalah
1.Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien,merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan.
2.    Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.

C.Prinsip-prinsip Dokumentasi Keperawatan
Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah :
1.Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan
2.Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang informasi / data yang penting tentang keadaannya
3.Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat
4.Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi
5.Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat
6.Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda
7.Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat
8.Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus
9.Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani
10.Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas penulis
11.    Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum menulis data terakhir
12.Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.

D.Manfaat Dokumentasi Keperawatan
1.Hukum Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum, Bila terjadi suatu masalah (minconduct) yang berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu, Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan, Oleh karena itu, data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, obyektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan perlunya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan interprestasi yang salah.
2.Jaminan Mutu (Kualitas Pelayanan ) Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan member kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat, Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keparawatan.
3.Komunikasi Dokumentasi keadaan klien merupakan alat “perekam” terhadap masalah yang berkaitan dengan klien, Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.Keuangan Dokumentasi dapat bernilai keuangan, Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi klien.
5.Pendidikan Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai pendidikan ,karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.
6.Penelitian Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bagian atau obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7.Akreditasi Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan, guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapi tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.

                                                                           BAB III
                                                                        PENUTUP


3.1Kesimpulan
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan profesional. Perawat profesional diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.
Salah satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi keperawatan profesional yang akan tercapai dengan baik apabila sistem pendokumentasian dapat dilakukan dengan benar. Kegiatan pendokumentasia meliputi ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan mendokumenasikan proses keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
Konsep solusi terhadap masalah diatas perlu disusun standar dokumentasi keperawatan agar dapat digunakan sebagai pedoman bagi perawat dengan harapan asuhan keperawatan yang dihasilkan mempunyai efektifitas dan efisiensi.

3.2Saran
Demikian sedikit informasi dari kami selaku penulis makalah ini. Tentu masih banyak sekali kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun masih sangat kami btuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini. Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi para pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.


                                                           
                                                                DAFTAR PUSTAKA

Kozier, et al., (1995). Fundamentals of nursing: concepts process and practice, fourth edition, Addison Wesley, California
Jasun. ( 2006). Aplikasi proses keperawatan dengan pendekatan , Nanda NIC, NOC  dalam  sistem informasi manajemen keperawatan . Disampaikan pada seminar di RSU Banyumas.Baturaden,11 Desember 2006.
Potter Patricia.(2005). Buku Ajar Fundamental  keperawatan. EGC. Jakarta
Huda, Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Diagonosa Medis & Nanda Nic-Noc, Edisi : 3.  Jogjakarta : MediAction

Makalah KMB II Pemeriksaan Fisik Abdomen

 
TUGAS KMB II
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN



Di Susun Oleh

Balsirat
I Nyoman Ade Indra W
Fanda Thayara Marande
Lala Delviani
Mohammad Sarif 
Nadya Tamara
NurArfa
Nurul Malinda
Solang Yuniar Veronicha
Wulan Nurjana




POLTEKKES KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
D III KEPERAWATAN
2018



A.Pengertian
Abdomen (perut) merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat beberapa organ tubuh yang penting, yaitu lambung, usus, hati, limpa, dan ginjal. Bentuk abdomen yang normal adalah simetris, baik pada orang gemuk maupun orang kurus. Abdomen menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan, misalnya kehamilan, tumor dalam rongga abdomen, tumor ovarium, atau tumor kandung kemih. Abdomen dapat membesar setempat, misalnya pembengkakan hati, ginjal, limpa, atau kantung empedu. Permukaan abdomen normal tampak halus, lembut dengan kontur datar, melingkar, atau cekung. Apabila ada pembesaran, kulit abdomen menjadi tegang, licin, dan tipis. Pada keadaan setelah distensi berat, kulit abdomen menjadi berkeriput, dan pada keadaan ikterik, kulit abdomen akan tampak kuning. gerakan abdomen berkaitan dengan aktivitas pernapasan, yaitu mengempis pada saat ekspirasidan gembung pada saat inspirasi. Gerakan ini menjadi berlawanan bila terjadi kelumpuhan diagfragma. Selain gerakan yang berkaitan dengan pernapasan tersebut, denyutan dapat terlihat pada dinding abdomen, yaitu pada daerah epigastrium khususnya pada orang yang kurus. Aoabila ada tumor aorta, denyutan aorta akan dihantarkan oleh tumor tersebut kedinding abdomen.

B.Regio Abdomen

Pemeriksaan abdomen secara anatomis dibagi menjadi 4 kuadran dan Sembilan bagian. Pembagian abdomen kedalam kuadran-kuadran dilakukan dengan cara membuat garis vertical bayangan/imajiner yang ditarik dari prosesus xifoideus ke simfis pubis dan membuat garis horizontal bayangan yang melintang pada umbilicus. Dari dua garis bayangan tersebut, akan timbul empat daerah abdomen, yaitu kuadran kanan atas, kuadran kanan bawah, kuadran kiri atas, kuadran kiri bawah.
Pembagian abdomen menjadi Sembilan daerah dilakukan dengan cara membuat dua garis vertical bayangan yang lurus dari titik tengah ligamentum inguinal eke arah superior dan dua garis horizontal bayangan, yaitu garis setinggi batas bawah tulang rusuk dan satu garis yang lain setinggi Krista iliaka. terbagi menjadi 9 bagian atau biasa disebut dengan region, diantaranya :
1.Regio Hypochondrica Dextra
Yakni regio yang dibatasi oleh kanan linea maxillaris dextra, bawah oleh bidang trans pylorik, kiri oleh linea mamillare/linea medio clvicularis dextra.
2.Regio Epigrastica
Yakni region yang dibatasi oleh linea mamillar/linea medio clavicularis dextra dan linea mamillaris sinistra, sebelah bawah oleh bidang trans pylorik.
3.Regio Hypochondrica Sinistra
Regio yang dibatasi sebelah kiri oleh linea maxilaris sinistra dan kanan oleh linea mamillaris/linea medio clavicularis sinistra, bagian bawah oleh bidang trans pylorik.
4.Regio Lateralis Dextra
Regio yang dibatasi oleh sebelah kanan linea maxillaris dextra, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik dan pada bagian bawah oleh bidang transtuberkuler.
5.Regio Umbilikalis
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah atas bidang trans pylorik, sebelah kanan oleh linea medio clavicularis dextra dan bagian bawah dibatasi oleh bidang tuberkularis, disebelah kiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.
6.Regio Lateralis Sinistra
Regio yang dbatasi oleh sebelah kanan linea medio clavikularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik, sebelah kiri dibatasi oleh linea maxilaris sinistra, bagian bawah dibatasi oleh bidang trans tuberkularis.
7.Regio Inguinalis Dextra
Yakni region yang dibatasi oleh kanan spina illiaca superior anterior dextra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis dextra, sebelah bawah oleh tepi dari lipatan paha, jadi bentuk region ini adalah berbentuk segitiga.
8.Regio Pubica
Yakni region yang dibatasi oleh bidang trans tuberkularis, sebelah bawah sepanjang lipatan paha dan melintas pubis, sampai kekiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.
9.Regio Inguinalis Sinistra
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kanan oleh linea medio clavicularis sinistra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis sinistra, bagian kiri oleh spina illiaca superior anterior sinistra.

C.Pemeriksaan Kondisi Abdomen
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan 4 teknik pemeriksaan fisik yang bias disingkat dengan IPPA ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Aukskultasi). Teknik Pemeriksan yang dilakukan pada abdomen, diantaranya :

1.Inspeksi
Inspeksi yang dilakukan pada abdomen, diantaranya meliputi :
a.Kulit Abdomen
Pada pemeriksaan kulit di daerah abdomen ini yang perlu diperhatikan :
Kebersihan kulit
Warna kulit
Ada tidaknya luka atau bekas luka termasuk jaringan parut
Adanya benjolan
b.Bentuk Abdomen
Bentuk abdomen yang dimaksudkan disini adalah datranya abdomen, tidak terjadi penumpukan cairan/ lemak yang berlebihan.

2.Palpasi
Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran, bentuk, serta konsistensi organ yang ada di dalam abdomen. Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua tangan, dan utamanya dengan ujung jari, dimana telah kita pahami bahwa ujung jari adalah bagian tubuh yang relative paling sensitive dalam berfungsi sebagai indra perabaan.
Palpasi yang dilakukan pada abdomen meliputi:\
a.Permukaan Abdomen
Palpasi pada permukaan abdomen ini dimaksudkan untuk mengetahui
adanya benjolan atau kerusakan kulit
ada tidaknya nyeri dan nyeri tekan
tekstur kulit abdomen
turgor kulit abdomen
konsistensi abdomen
suhu abdomen
b.Hepar/hati
Palpasi hepar dilakukan dengan palasi bimanual, hal ini dimaksudkan dengan tujuan terutama untuk mengetahui bila ada pembesarab hepar. Langkah palpasi hepar :
1)Letakkan tangan kiri pada dinding thorak posterior kira-kira pada tulang rusuk ke 11 atau 12.
2)Letakkan tangan kiri ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding dada.
3)Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan, sudut kira-kira 450 dengan otot rektus abdominal atau parallel terhadap otot rektus abdominal dengan jari-jari kerah tulang rusuk.
4)Pada pasien ekhalasi, lakukan penekanan ke dalam 4-5cm ke arah bawah pada batas tulang rusuk.
5)Jaga posisi tangan dan suruh pasien inhalasi (menarik napas dalam).
6)Rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda yang secara normal terasa dengan kontur regular. Bila hepar tak terasa/teraba minta pasien untuk mebarik nafas dalam sementara posisi tangan tetap dipertahankan atau lebih sedikit diberi tekanan lebih dalam.
7)Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan.
c.Limpa
Pada orang dewasa yang normal limpa tak teraba, palpasi limpa baru teraba bila terjadi abnormalitas. Langkah melakukan palpasi limpa pada intinya sama dengan hepar, yang membedakan hanya tempat melakukan palpasi. Palpasi limpa dilakukan pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan menggunakan pola seperti pada palpasi hepar.
d.Ginjal
1.Secara anatomis, lobus atau kedua ginjal menyentuh diafragma dan ginjal turun sewaktu inhalasi. Ginjal kanan normalnya lebih mudah dipalpasi daripada ginjal kiri, karena ginjal kanan terletak lenih bawah dari ginjal kiri. Ginjal kanan terletak sejajar dengan tulang rusuk ke-11. Dalam melakukan palpasi ginjal, pasien diatur pada posisi supinasi dan perawat berada pada sisi kanan pasien, langkah-langkah palpasi ginjal adalah:
a)Dalam melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri di bawah panggul dan elevasikan ginjal ke arah anterior.
b)Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior pada garis midclavicularis dari tepi bawah batas costa.
c)Tekankan tangan kanan secara langsung ke atas sementara pasien menarik nafas panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal tidak teraba tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan.
d)Bila ginjal teraba, rasakan mengenai kontur (bentuk), ukuran, dan adanya nyeri tekan.
e)Untuk melakukan palpasi ginjal kiri lakukan di sisi seberang tubuh pasien, dan letakkan tangan kiri di bawah panggul kemudian lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan.
e.Kandung Kemih
Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tangan. Kandung kemih teraba terutama bila mengalami distensi akibat penimbunan urin.
3.Perkusi
Teknik pemeriksaan ini menggunakan prinsip pantulan getaran gelombang suara, dari ketukan-ketukan yang akan kita lakukan dengan menggunakan jari tangan, dimana salah satu dari jari tangan berfungsi sebagai dasar, dan salah satu jari tangan dari tangan yang lainnya menjadi pengetuk.
Pantulan suara - suara perkusi yang biasa dijumpai diantaranya :
a.Sonor
Yaitu suara menggema, biasanya didapati pada daerah paru pada orang yang normal.
b.Hypersonor
Yaitu suara menggema yang keras, biasanya dijumpai pada paru-paru dengan kelainan (emphysema, pneumothoraks, hypermeteorisme) serta bagian tubuh yang menggandung udara.
c.Tympani
Yaitu suara yang keras, bernada tinggi, biasanya ditemukan pada lambung yang penuh dengan udara, serta usus yang kembung.
d.Dullnes
Suara pekak/tumpul yang biasa dijumpai pada objek yang padat seperti hepar.

Pemeriksaan perkusi pada abdomen diantaranya :
a.Lambung
Pada orang normal didapatkan suara sonor sampai tympani
b.Hepar
Didapatkan suara pekak
c.Usus
Pada pemeriksaan perkusi usus pada orang normal didapatkan suara tympani.
d.Kandung Kemih
Perkusi pada kandung kemih yang normal didapatkan suara sonor.

4.Auskultasi
Aukskultasi adalah salah satu cara pemeriksaan fisik dengan mendengarkan organ atau bagian tubuh pasien menggunakan stetoskop. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam pemriksaan ini diantaranya : ronchi, rochelen, klinken, murmur, wheezing, friksi, dan gallop.
Pemeriksaan aukskultasi pada abdomen yaitu bertujuan untuk mendengarkan bising usus serta pembuluh darah.
Bising usus merupakan suara yang terjadi saat peristaltik yang disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan sepanjang mediastinum. Banyak atau sedikitnya bising usus yang didengarkan saat aukskultasi tergantung dari pergerakan atu motalitas usus, normalnya bising usus adalah 5-12kali permenit.
Selain digunakan untuk kedua hal tersebut diatas, pada pasien yang sedang mengalami kehamilan aukskultasi pada abdomen dilakukan untuk mengetahui DJJ dan kondisi rahim yang dikandung pasien.

Langkah auskultasi bising usus adalah:
Letakkan diafragma pada tekanan ringan pd tiap kuadran abdomen dan dengarkan suara peristaltik aktif dan gurgling tiap 5-20 detik. Frekuensi suara bergantung pada status pencernaan ada/tdk nya makanan pada saluran pencernaan. Bila bising usus terdengar jarang sekali/tidak ada, dengarkan 3-5 menit sebelum dipastikan.

Langkah auskultasi pembuluh darah :
Letakkan bagian bel stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka. Auskultasi aorta dari arah superior ke umbilikus. Auskultasi arteri renalis dg meletakkan stetoskop pada garis tengah abdomen ke arah kanan kiri garis abdomen bagian atas mendekati panggul. Pada orang normal aukskultasi pembuuh darah tidak didapatkan suara, yang ada hanya detak heart rate dari arteri.

Pemeriksaan Abnormal
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen sesuai dengan cara pemeriksaan fisik yang dilakukan diantaranya :
a.Inspeksi
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen adalah:
a)Adanya luka atau luka bekas operasi hingga timbulnya jaringan parut
b)Bila ada luka, adakah pus atau serum
Adanya pus mengartikan bahwa telah terjadi peradangan pada daerah luka.
c)Nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen.
Nodul atau massa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tak ganas. Selain itu juga bisa merupakan suatu hernia.
d)Hyperpigmentasi kulit abdomen
Pada pasien yang sedang hamil, hyperpigmentasi atau yang biasa disebut dengan striae ini wajar terjadi, namun bila hal ini terjadi pada pasien yang tidak sedang mengalami kehamilan, maka hal ini terjadi pada pasien yang mengalami asites.
e)Adanya gelombang peristaltic menandakan adnya obstruksi di GI
f)Adanya pulsasi menandakan adanya peningkatan pada aneurisme aortic
g)Bentuk abdomen
Pada pasien dengan marasmus perutnya akan terlihat sangat kurus dan cekung. Sebaliknya pada pasien-pasien yang mengalami sirosis hepatis, biasanya terjadi asites pada perut karena penumpukan cairan yang berlebihan.
b.Palpasi
Pemeriksaan palpasi abnormal yang mungkin terjadi diantaranya :
a)Teraba nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen.
Nodul atau massa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tak ganas. Selain itu juga bisa merupakan suatu hernia.
b)Nyeri dan nyeri tekan
Letak nyeri menjadi pengaruh dari masalah yang terjadi di daerah tersebut, yang nantinya akan mempengaruhi pendiagnosaan serta perawatan dan pemberian terapi atas nyeri yang dirasakan.
c)Raba hepar saat pasien menghirup nafas, bila ujung teraba keras, menandakan sirosis.
d)Ukur jaraknya dari margin costae pada garis midclavicular, bila jarak meningkat kemungkinan terjadi hepatomegali.
e)Raba ginjal, apabila terjadi pembesaran kemungkinan terjadi hidronefrosis, kanker, kista.
f)Periksa nyeri tekan terhadap sudut kostovertebra kemungkinan bila terjadi nyeri tekan pada infeksi ginjal.
g)Adanya kekauan otot pada daerah yang nyeri.
c.Perkusi
Perkusi abnormal yang mungkin ditemukan dalam pemeriksaan abdomen adalah:
a)Bunyi pekak pada sebagian besar abdomen terlebih pada bagian atas, dapat ditemukan pada pasien dengan sirosis hepatis yang asites.
b)Pada daerah lambung terdengar pekak, disebabkan karena hepatomegali ataupun slenomegali.
c)Pada Vesika Urinaria terdaengar sonor, disebabkan karena adanya retensi urine dalam vedika urinaria.
d.Auskultasi
a)Penurunan atau peningkatan bising usus.
Bising usus meningkat pada saat seseorang mengalami diare, dan menurun pada saat seseorang konstipasi.
b)Adanya desiran menandakan adanya stenosis arteri renalis.
Disebabkan karena arteri renalis mengalami perforasi
c)Friction rubs menandakan adanya tumor hear, infark splenikus.

D.Menelan
1.Definisi
Uji fungsi menelan adalah kegiatan menguji tentang fungsi menelan pada fase orofaring.
2.Tujuan
Tujuan dari uji fungsi menelan adalah mengetahui keadaan fungsi menelan dari pasien- pasien karena proses menelan penting sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi manusia.Dalam uji fungsi menelan dapat terjadi komplikasi yaitu aspirasi.
3.Indikasi
Uji fungsi menelan dilakukan pada pasien-pasien yang mengalami stroke, gangguan neurologis, defisit struktural seperti celah atau jaring kongenital, divertikula, surgical ablations, cedera saraf kranial, dan radiasi fibrosis dengan keluhan sebagai berikut:
a.Jika ada gangguan dalam fungsi mengunyah dan menelan, seperti yang disebutkan dibawah ini :
•Ngeces (drooling)
•Sulit mengunyah makanan berserat
•Makanan atau saliva terkumpul di pipi
•Sulit menelan makanan cair
•Berkurang atau menghilangnya daya pengecapan
•Rongga hidung terasa terbakar (panas)
•Tersedak atau ada perasaan tercekik sewaktu menelan
•Melakukan gerakan yang berlebihan atau berusaha keras untuk menelan
•Makanan yang ditelan keluar melalui lubang hidung
•Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
•Ada perasaan makanan tersangkut di saluran pencernaan
•Sulit menelan karena tenggorokan kering/ kelenjar air liur berkurang

b.Jika ada gangguan dalam berbicara :
•Pelo
•Suara serak
Pemeriksaan Fisik Menelan
1.Keadaan umum pasien
2.Pemeriksaan rongga mulut, evaluasi gerakan dan kekuatan otot mulut dan otot lidah.
3.Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum mole, sensibilitas orofaring dgn sentuhan spatel lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan evaluasi suara (keterlibatan laring)
4.Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring, uvula, epiglotis, pita suara, plika ventrikularis dan sinus piriformis.
5.Pemeriksaan neurologi fungsi motorik dan sensorik saraf kranial
6.Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang servikal, evaluasi massa leher, pembesaran KGB leher dan trauma


DAFTAR PUSTAKA

Priharjo, Robert.2005.Pengkajian Fisik Keperawatan edisi 2.Jakarta: EGC
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC.
Rahardjo, Djoko Setijadji. 2001. Pedoman Praktis Pengkajian Fisik Secara Umum. Surabaya: Cipta Usaha Makmur.
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.
Jakarta. EGC
Priharjo, Robert. 1995. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wednesday, October 18, 2017

Contoh Makalah KKP atau Kurang Gizi diet pada KKP atau kurang Gizi



MAKALAH GIZI DAN DIET
DIET PADA KKP ATAU KURANG GIZI



DI SUSUN OLEH
I NYOMAN ADE INDRA WIRAWAN
NANANG MAARUF
RAYI IDAM MARTA







POLTEKKES KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
D III KEPERAWATANN
2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya . sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Karakter denggan judul “Kekurangan kalori dan protein atau kurang gizi” dengan baik. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan dapat mengetahui tentang Kekurangan kalori dan protein atau kekurangan gizi. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..........
DAFTAR ISI……………………………………………………………….............
BAB I PENDAHULUAN
      A.    Latar belakang……………………………………………………….................
      B.     Rumusan masalah……………………………………………………..............
      C.     Tujuan penulisan……………………………………………………................
BAB II PEMBAHASAN
      A.    Pengertian kalori…………………………………………………….................
      B.     Contoh diet…………………………………………………………….............
      C.     Penyakit yang timbul Akibat Kekurangan kalori Protein………….................
      D.    Penyakit Akibat Kelebihan Protein bagi Tubuh………………………............
      E.     Tips Pencegahan Penyakit yang Ditimbulkan oleh Protein………..................
BAB III PENUTUP
      A.    Kesimpulan…………………………………………………………...............
      B.     Saran………………………………………………………………….............
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Protein merupakan senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan langsung oleh ikatan peptida antara asam amimo satu dengan asam amino lainnya. Asam amino tersusun dari unsur C, H, O N, dan kadang-kadang S serta P. Protein merupakan komponen yang sangat penting dalam proses metabolisme darah. Protein termasuk makromolekul penyusun bagian terbesar tubuh setelah air, yaitu seperlima bagian tubuh.Protein dapat kita peroleh dari hewan (protein hewani) maupun tumbuhan (protein nabati). Sumber protein hewani antara lain ikan, daging, susu, dan telur, sedangkan sumber protein nabati antara lain padi-padian, kacang-kacangan, dan sayuran.
Pada intinya tubuh kita membutuhkan gizi protein yang cukup untuk beraktivitas.Rata-rata standar kecukupan gizi sehari adalah 45 gram.Tingkat kebutuhan protein dipengaruhi oleh bobot dan ukuran badan, umur, jenis kelamin, penyakit, satuan gizi makan, kondisi tubuh, sifat protein yang dimakan, masa kehamilan, dan status emosional. Bila tubuh kekurangan atau kelebihan protein maka akan mengalami gangguan kesehatan kemudian menjadi penyakit kekurangan atau kelebihan protein. Umumnya hal ini disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat.Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan Kwasiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun (balita). Setidaknya ada 4 faktor yang melatarbelakangi penyakit kurang kalori protein (KKP), yaitu: masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan. Kemiskinan, salah satu determinan sosial-ekonomi, merupakan akar ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, kumuh, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan.Komponen biologi yang menjadi latar belakang KKP, antara lain, malnutrisi, penyakit infeksi, serta diet rendah energi dan protein.Berawal dari hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh protein sebagai agen penyakit, contoh penyakit, dan penanganannya.
B.       Rumusan masalah
Rumusan makalah ini yaitu untuk mengetahui apa itu kekurangan kalori dan protein atau kekurangan gizi
C.       Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui secara jelas apa itu kekurangan kalori dan protein atau kekurangan gizi.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi protein
Protein merupakan suatu senyawa polimer yang dibentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida antara asam amino satu dengan yang lainnya.Sifat dari berbagai macam protein tergantung pada jumlah asam amino yang menyusunnya, disamping itu juga dipengaruhi oleh rantai samping dari masing-masing asam amino.    Protein adalah senyawa organik yang banyak dijumpai kalam semua makhluk hidup.
Setiap sel yang hidup tersusun oleh protein.Protein merupakan bahan pembangun tubuh yang utama.Protein tersusun atas senyawa organic yang mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen, dan nitrogen.Unsur nitrogen (N) adalah ciri protein yang membedakan dari karbohidrat dan lemak. Protein merupakan bahan baku sel dan jaringan karena merupakan komponen penting dari otot, kulit, dan tulang.
a   .       Macam Protein
    Bahan sumber protein umumnya digunakan sebagai lauk-pauk. Protein dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.      Protein hewani: daging, ikan, telur, hati, dan susu
2.      Protein nabati: tempe, tahu, dan kacang-kacangan.
b   .      Fungsi Protein
Fungsi protein bagi tubuh manusia antara lain:
1.      Zat pembangun atau pembentukan sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak
2.      Bahan pembentuk hormon atau antibodi  enzim
3.      Pengaturan proses dalam tubuh
4.      Zat tenaga
5.      Transportasi (Hb dalam darah)
6.      Pembekuan darah dan mempengaruhi keturunan.
c.       Contoh Penyakit Akibat Kekurangan atau Kelebihan Protein
Kekurangan protein berlarut-larut pada bayi dan anak disebut Kwashiorkor dengan tanda-tanda:
1.      Rambut merah jagung, mudah rontok, dan jarang
2.      Mata cekung takut sinar dapat juga hermolopis/ Xeropthalamie
3.      Inelastis pada lengan, pantat dan paha, kadang-kadang terlihat bengkak
4.      Bila menangis tidak kedengaran suaranya.
Protein sangat dibutuhkan tubuh sebagai zat pembangun, dan selain itu protein juga berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah. (Kartini Sukardji, 2003)
Dalam wikipedia dijelaskan bahwa Hypermeramonemia adalah gangguan metabolisme yang disebabkan kelebihan ammonia dalam darah.Amonia adalah zat yang mengandung nitrogen.Ini merupakan produk dari katabolisme dari protein.

    B.     Contoh diet
 Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
·         Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
·         Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
·         Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
Penatalaksanaan penderita KKP yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
Ø  Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.
Ø  cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
Ø  Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
Ø  Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.\
Ø  Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
Ø  Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan
Ø  Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
Ø  Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
Ø  Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari
C.       Penyakit yang timbul Akibat Kekurangan kalori Protein
Secara klinis KKP terdapat  dalam 3 tipe yaitu :
1.      Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah bentuk gizi buruk yang terjadi pada anak-anak.Kwashiorkor umum terjadi di daerah yang dilanda kelaparan, kurang persedian makanan, atau rendahnya tingkat pendidikan (ketika orang tidak mengerti bagaimana untuk makan diet yang baik). Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab    dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut    dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak    merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia
Kwashiorkor disebabkan oleh rendahnya protein. Hal ini juga dapat disebabkan oleh infeksi, parasit atau kondisi lain yang mengganggu penyerapan protein pada saluran pencernaan.
Gejala umum yang bisa diketahui antara lain: perubahan dalam pigmen kulit, koma (tahap akhir, penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk menambah berat badan dan tumbuh, kelelahan, perubahan rambut (perubahan warna atau tekstur), peningkatan dan infeksi yang lebih parah karena rusaknya sistem kekebalan, perut besar yang menempel keluar (menonjol), kelesuan atau apatis, kehilangan massa otot, ruam (dermatitis), shock (tahap akhir), pembengkakan (edema).
Untuk penanganganannya penderita perlu mendapatkan lebih banyak kalori dan protein. Namun, anak-anak yang memiliki kondisi ini tidak akan pernah mencapai pertumbuhan maksimal. Perawatan tergantung pada keparahan kondisi.Orang-orang yang shock perlu penanganan segera untuk memulihkan volume darah dan menjaga tekanan darah.Kalori pertama diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula, dan lemak.Protein adalah dimulai setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah menyediakan energi.Suplemen vitamin dan mineral penting. Karena orang akan telah tanpa banyak makanan untuk jangka waktu lama, makan dapat menyebabkan masalah, terutama jika kalori yang terlalu tinggi pada awalnya. Makanan harus diperkenalkan kembali perlahan-lahan.Karbohidrat pertama diberikan untuk memasok energi, diikuti oleh makanan yang mengandung protein.
2.      Marasmus
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting merusak .Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.Marasmus ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.
Marasmus umumnya merupakan penyakit pada bayi (12 bulan pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan.Hal ini dapat terjadi karena penyapihan mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer dan tidak higienis atau sering terkena infeksi.Marasmus berpengaruh dalam waku yang panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki. Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan malformasi kongenital.
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar.Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit.
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
Penyakit akibat kurang konsumsi protein ini dapat ditangani dengan menyeimbangankan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial.Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita.
Secara ringkas penyebab penyakit marasmus multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan serta ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi dan keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis; untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap marasmus ditujukan kepada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein dan penatalaksanaan di rumah sakit yang dibagi atas: tahap awal, tahap penyesuaian dan rehabilitasi.
3.      Edema
Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan).Edema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general).
Edema yang bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), di bawah kulit (edema subkutis atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (edema pulmonum).Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema di banyak tempat dinamakan edema umum (general edema).
Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma.
Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik, permeabilitas kapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid dan retensi natrium dan air.
a.       Adanya Kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema).
b.      Obstruksi Limfatik
Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe.Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki gajah/elephantiasis).
c.       Permeabilitas Kapiler yang Bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas.Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe.
Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut.Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah.Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah.Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema.Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
d.      Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema.Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan.Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum.
e.       Tekanan Osmotic Koloid
Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah.Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah.Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension).Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan.Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.
f.        Retensi Natrium dan Air
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah.Akibatnya terjadi edema.
Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau estrogen).
D.      Penyakit Akibat Kelebihan Protein bagi Tubuh
Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh.Makanan yang tinggi proteinnya biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas.Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan. Kelebihan dapat menimbulkan masalah lain, terutama pada bayi. Kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen.
Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Ini di lihat pada bayi yang di beri susu skim atau formula dengan konsentrasi tinggi, sehingga konsumsi protein mencapai 6 g/kg BB. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angaka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein.Selain itu menyebabkan penyakit albuminuria adalah simtoma terdapatnya sejumlah konsentrasi albumin di dalam urin. Albumin yang mencapai ginjal melalui pembuluh darah pada umumnya akan mengalami filtrasi pada glomerulus dan diserap kembali oleh tubula proksimal menuju sirkulasi darah. Laju albumin yang terlepas dari penyerapan proksimal ke dalam urin, yang melebihi 150 miligram/24 jam telah dianggap secara medis sebagai patologis. Penyebab penyakit albuminuria adalah kurangnya asupan air ke dalam tubuh , jadinya memperberat kerja ginjal, asupan protein, kalsium, dan vitamin C berlebihan membuat glomerulus harus bekerja lebih keras.
Cara mengatasi albuminuria atau bahkan mengurangi resiko yang lebih fatal terjadinya albuminuria yaitu dengan cara membiasakan diri minum 8 gelas sehari, walaupun sebetulnya tidak merasa haus. Selain itu pencegahannya juga dapat dilakukan dengan tidak mengonsumsi hanya salah satu zat gizi saja secara berlebihan (misalnya hanya protein atau kalsium saja). Artinya makanan yang kita makan juga haru seimbang, baik dari segi jumlah maupun kadar gizinya.

E.       Tips Pencegahan Penyakit yang Ditimbulkan oleh Protein
Bagi seseorang yang telah dewasa, penyakit kekurangan protein bisa ditanggulangi dengan mengkonsumsi protein secara cukup dan rutin.Hal itu bisa dilakukan dengan mengubah menu makanan setiap hari, konsumsi makanan yang mengandung protein yang banyak misalnya daging, telur, buah-buahan dan sayuran.minuman bergizi juga tidak boleh dilupakan misalnya susu sapi, madu, minyak zaitun dan lainnya.
Sedangkan bagi balita, penyakit ini bisa dicegah dengan menunda masa penyapihan yang prematur, dengan tetap memberikan air susu ibu yang eksklusif, memberikan makanan pendamping bagi bayi yang mencukupi kebutuhan proteinnya, serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Itulah pembahasan kita mengenai berbagai penyakit akibat kekurangan protein.Diharapkan bagi anda dan para ibu agar memperhatikan asupan makanan.Perbanyak makanan yang mengandung protein bila mengalami salah satu penyakit kekurangan protein. Cara lainnya untuk menanggulangi kekurangan / kelebihan protein, maka dapat dilakukan upaya penanggulangan sebagai berikut :
·         Pemantauan Status Gizi (PSG) masyarakat.
·         Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
·         Pemantauan garam beryodium.
·         Pemberian kapsul vitamin A
·         Pemberian tablet Fe.
·         Pengumpulan data KADAR GIZI.






BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Agen penyakit adalah substansi tertentu yang terjadi karena kehadiran atau ketidak hadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.Agen penyakit dapat berupa nutrisi atau gizi seperti protein. Ketidakseimbangan konsumsi protein akan mengakibatkan beragam penyakit. Misal saja penyakit kurang energi protein atau yang sering dikenal dengan penyakit KEP seperti kwashiorkor dan marasmus pada wanita hamil dan anak.
Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Setidaknya ada 4 faktor yang melatarbelakangi penyakit kurang kalori protein (KKP), yaitu: masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan.
Penyakit kekurangan protein bisa ditanggulangi dengan mengkonsumsi protein secara cukup dan rutin.Hal itu bisa dilakukan dengan mengubah menu makanan setiap hari, konsumsi makanan yang mengandung protein yang banyak misalnya daging, telur, buah-buahan dan sayuran.minuman bergizi juga tidak boleh dilupakan misalnya susu sapi, madu, minyak zaitun dan lainnya.
B.       Saran
1.      Bagi Masyarakat (Wanita hamil dan anak)
Diharapkan Masyarakat (Wanita hamil dan anak) untuk memperhatikan pola makan sehari-hari dengan mempertimbangkan asupan gizi khususnya protein agar kebutuhan tubuh akan nutrisi yang satu ini terpenuhi. Dengan demikian, kita dapat menghindari penyakit kurang kalori protein (KEP).
2.      Bagi Lembaga/ Kader Kesehatan
Baik pihak kader maupun organisasi/ lembaga kesehatan untuk menantiasa meningkatkan pelayanan kesehatan dengan mengadakan sistem kesehatan yang efektif, efisien, dan optimal serta senantiasa mengadakan pemantauan status gizi keluarga atau masyarakat.Sehingga, masalah gizi buruk (KEP) dapat diminimalisasi.
3.      Bagi Pemerintah
Kepada pemerintah hendaknya senantiasa melakukan program kerja yang dapat meningkatkan masalah ekonomi bangsa.Karena pada dasarnya perekonomian adalah akar masalah dari timbulnya masalah gizi buruk di sebuah negara.Selain itu, pemerintah ikut andil dalam mencanangkan program-program kesehatan dengan tujuan meningkatkan gizi masyarakat secara global.



DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama Widya.
Tim Penyusun Pusat Kamus. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka