Wednesday, October 16, 2019

Makalah KMB II Pemeriksaan Fisik Abdomen

 
TUGAS KMB II
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN



Di Susun Oleh

Balsirat
I Nyoman Ade Indra W
Fanda Thayara Marande
Lala Delviani
Mohammad Sarif 
Nadya Tamara
NurArfa
Nurul Malinda
Solang Yuniar Veronicha
Wulan Nurjana




POLTEKKES KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN
D III KEPERAWATAN
2018



A.Pengertian
Abdomen (perut) merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat beberapa organ tubuh yang penting, yaitu lambung, usus, hati, limpa, dan ginjal. Bentuk abdomen yang normal adalah simetris, baik pada orang gemuk maupun orang kurus. Abdomen menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan, misalnya kehamilan, tumor dalam rongga abdomen, tumor ovarium, atau tumor kandung kemih. Abdomen dapat membesar setempat, misalnya pembengkakan hati, ginjal, limpa, atau kantung empedu. Permukaan abdomen normal tampak halus, lembut dengan kontur datar, melingkar, atau cekung. Apabila ada pembesaran, kulit abdomen menjadi tegang, licin, dan tipis. Pada keadaan setelah distensi berat, kulit abdomen menjadi berkeriput, dan pada keadaan ikterik, kulit abdomen akan tampak kuning. gerakan abdomen berkaitan dengan aktivitas pernapasan, yaitu mengempis pada saat ekspirasidan gembung pada saat inspirasi. Gerakan ini menjadi berlawanan bila terjadi kelumpuhan diagfragma. Selain gerakan yang berkaitan dengan pernapasan tersebut, denyutan dapat terlihat pada dinding abdomen, yaitu pada daerah epigastrium khususnya pada orang yang kurus. Aoabila ada tumor aorta, denyutan aorta akan dihantarkan oleh tumor tersebut kedinding abdomen.

B.Regio Abdomen

Pemeriksaan abdomen secara anatomis dibagi menjadi 4 kuadran dan Sembilan bagian. Pembagian abdomen kedalam kuadran-kuadran dilakukan dengan cara membuat garis vertical bayangan/imajiner yang ditarik dari prosesus xifoideus ke simfis pubis dan membuat garis horizontal bayangan yang melintang pada umbilicus. Dari dua garis bayangan tersebut, akan timbul empat daerah abdomen, yaitu kuadran kanan atas, kuadran kanan bawah, kuadran kiri atas, kuadran kiri bawah.
Pembagian abdomen menjadi Sembilan daerah dilakukan dengan cara membuat dua garis vertical bayangan yang lurus dari titik tengah ligamentum inguinal eke arah superior dan dua garis horizontal bayangan, yaitu garis setinggi batas bawah tulang rusuk dan satu garis yang lain setinggi Krista iliaka. terbagi menjadi 9 bagian atau biasa disebut dengan region, diantaranya :
1.Regio Hypochondrica Dextra
Yakni regio yang dibatasi oleh kanan linea maxillaris dextra, bawah oleh bidang trans pylorik, kiri oleh linea mamillare/linea medio clvicularis dextra.
2.Regio Epigrastica
Yakni region yang dibatasi oleh linea mamillar/linea medio clavicularis dextra dan linea mamillaris sinistra, sebelah bawah oleh bidang trans pylorik.
3.Regio Hypochondrica Sinistra
Regio yang dibatasi sebelah kiri oleh linea maxilaris sinistra dan kanan oleh linea mamillaris/linea medio clavicularis sinistra, bagian bawah oleh bidang trans pylorik.
4.Regio Lateralis Dextra
Regio yang dibatasi oleh sebelah kanan linea maxillaris dextra, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik dan pada bagian bawah oleh bidang transtuberkuler.
5.Regio Umbilikalis
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah atas bidang trans pylorik, sebelah kanan oleh linea medio clavicularis dextra dan bagian bawah dibatasi oleh bidang tuberkularis, disebelah kiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.
6.Regio Lateralis Sinistra
Regio yang dbatasi oleh sebelah kanan linea medio clavikularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik, sebelah kiri dibatasi oleh linea maxilaris sinistra, bagian bawah dibatasi oleh bidang trans tuberkularis.
7.Regio Inguinalis Dextra
Yakni region yang dibatasi oleh kanan spina illiaca superior anterior dextra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis dextra, sebelah bawah oleh tepi dari lipatan paha, jadi bentuk region ini adalah berbentuk segitiga.
8.Regio Pubica
Yakni region yang dibatasi oleh bidang trans tuberkularis, sebelah bawah sepanjang lipatan paha dan melintas pubis, sampai kekiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.
9.Regio Inguinalis Sinistra
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kanan oleh linea medio clavicularis sinistra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis sinistra, bagian kiri oleh spina illiaca superior anterior sinistra.

C.Pemeriksaan Kondisi Abdomen
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan 4 teknik pemeriksaan fisik yang bias disingkat dengan IPPA ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Aukskultasi). Teknik Pemeriksan yang dilakukan pada abdomen, diantaranya :

1.Inspeksi
Inspeksi yang dilakukan pada abdomen, diantaranya meliputi :
a.Kulit Abdomen
Pada pemeriksaan kulit di daerah abdomen ini yang perlu diperhatikan :
Kebersihan kulit
Warna kulit
Ada tidaknya luka atau bekas luka termasuk jaringan parut
Adanya benjolan
b.Bentuk Abdomen
Bentuk abdomen yang dimaksudkan disini adalah datranya abdomen, tidak terjadi penumpukan cairan/ lemak yang berlebihan.

2.Palpasi
Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran, bentuk, serta konsistensi organ yang ada di dalam abdomen. Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua tangan, dan utamanya dengan ujung jari, dimana telah kita pahami bahwa ujung jari adalah bagian tubuh yang relative paling sensitive dalam berfungsi sebagai indra perabaan.
Palpasi yang dilakukan pada abdomen meliputi:\
a.Permukaan Abdomen
Palpasi pada permukaan abdomen ini dimaksudkan untuk mengetahui
adanya benjolan atau kerusakan kulit
ada tidaknya nyeri dan nyeri tekan
tekstur kulit abdomen
turgor kulit abdomen
konsistensi abdomen
suhu abdomen
b.Hepar/hati
Palpasi hepar dilakukan dengan palasi bimanual, hal ini dimaksudkan dengan tujuan terutama untuk mengetahui bila ada pembesarab hepar. Langkah palpasi hepar :
1)Letakkan tangan kiri pada dinding thorak posterior kira-kira pada tulang rusuk ke 11 atau 12.
2)Letakkan tangan kiri ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding dada.
3)Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan, sudut kira-kira 450 dengan otot rektus abdominal atau parallel terhadap otot rektus abdominal dengan jari-jari kerah tulang rusuk.
4)Pada pasien ekhalasi, lakukan penekanan ke dalam 4-5cm ke arah bawah pada batas tulang rusuk.
5)Jaga posisi tangan dan suruh pasien inhalasi (menarik napas dalam).
6)Rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda yang secara normal terasa dengan kontur regular. Bila hepar tak terasa/teraba minta pasien untuk mebarik nafas dalam sementara posisi tangan tetap dipertahankan atau lebih sedikit diberi tekanan lebih dalam.
7)Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan.
c.Limpa
Pada orang dewasa yang normal limpa tak teraba, palpasi limpa baru teraba bila terjadi abnormalitas. Langkah melakukan palpasi limpa pada intinya sama dengan hepar, yang membedakan hanya tempat melakukan palpasi. Palpasi limpa dilakukan pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan menggunakan pola seperti pada palpasi hepar.
d.Ginjal
1.Secara anatomis, lobus atau kedua ginjal menyentuh diafragma dan ginjal turun sewaktu inhalasi. Ginjal kanan normalnya lebih mudah dipalpasi daripada ginjal kiri, karena ginjal kanan terletak lenih bawah dari ginjal kiri. Ginjal kanan terletak sejajar dengan tulang rusuk ke-11. Dalam melakukan palpasi ginjal, pasien diatur pada posisi supinasi dan perawat berada pada sisi kanan pasien, langkah-langkah palpasi ginjal adalah:
a)Dalam melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri di bawah panggul dan elevasikan ginjal ke arah anterior.
b)Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior pada garis midclavicularis dari tepi bawah batas costa.
c)Tekankan tangan kanan secara langsung ke atas sementara pasien menarik nafas panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal tidak teraba tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan.
d)Bila ginjal teraba, rasakan mengenai kontur (bentuk), ukuran, dan adanya nyeri tekan.
e)Untuk melakukan palpasi ginjal kiri lakukan di sisi seberang tubuh pasien, dan letakkan tangan kiri di bawah panggul kemudian lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan.
e.Kandung Kemih
Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tangan. Kandung kemih teraba terutama bila mengalami distensi akibat penimbunan urin.
3.Perkusi
Teknik pemeriksaan ini menggunakan prinsip pantulan getaran gelombang suara, dari ketukan-ketukan yang akan kita lakukan dengan menggunakan jari tangan, dimana salah satu dari jari tangan berfungsi sebagai dasar, dan salah satu jari tangan dari tangan yang lainnya menjadi pengetuk.
Pantulan suara - suara perkusi yang biasa dijumpai diantaranya :
a.Sonor
Yaitu suara menggema, biasanya didapati pada daerah paru pada orang yang normal.
b.Hypersonor
Yaitu suara menggema yang keras, biasanya dijumpai pada paru-paru dengan kelainan (emphysema, pneumothoraks, hypermeteorisme) serta bagian tubuh yang menggandung udara.
c.Tympani
Yaitu suara yang keras, bernada tinggi, biasanya ditemukan pada lambung yang penuh dengan udara, serta usus yang kembung.
d.Dullnes
Suara pekak/tumpul yang biasa dijumpai pada objek yang padat seperti hepar.

Pemeriksaan perkusi pada abdomen diantaranya :
a.Lambung
Pada orang normal didapatkan suara sonor sampai tympani
b.Hepar
Didapatkan suara pekak
c.Usus
Pada pemeriksaan perkusi usus pada orang normal didapatkan suara tympani.
d.Kandung Kemih
Perkusi pada kandung kemih yang normal didapatkan suara sonor.

4.Auskultasi
Aukskultasi adalah salah satu cara pemeriksaan fisik dengan mendengarkan organ atau bagian tubuh pasien menggunakan stetoskop. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam pemriksaan ini diantaranya : ronchi, rochelen, klinken, murmur, wheezing, friksi, dan gallop.
Pemeriksaan aukskultasi pada abdomen yaitu bertujuan untuk mendengarkan bising usus serta pembuluh darah.
Bising usus merupakan suara yang terjadi saat peristaltik yang disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan sepanjang mediastinum. Banyak atau sedikitnya bising usus yang didengarkan saat aukskultasi tergantung dari pergerakan atu motalitas usus, normalnya bising usus adalah 5-12kali permenit.
Selain digunakan untuk kedua hal tersebut diatas, pada pasien yang sedang mengalami kehamilan aukskultasi pada abdomen dilakukan untuk mengetahui DJJ dan kondisi rahim yang dikandung pasien.

Langkah auskultasi bising usus adalah:
Letakkan diafragma pada tekanan ringan pd tiap kuadran abdomen dan dengarkan suara peristaltik aktif dan gurgling tiap 5-20 detik. Frekuensi suara bergantung pada status pencernaan ada/tdk nya makanan pada saluran pencernaan. Bila bising usus terdengar jarang sekali/tidak ada, dengarkan 3-5 menit sebelum dipastikan.

Langkah auskultasi pembuluh darah :
Letakkan bagian bel stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka. Auskultasi aorta dari arah superior ke umbilikus. Auskultasi arteri renalis dg meletakkan stetoskop pada garis tengah abdomen ke arah kanan kiri garis abdomen bagian atas mendekati panggul. Pada orang normal aukskultasi pembuuh darah tidak didapatkan suara, yang ada hanya detak heart rate dari arteri.

Pemeriksaan Abnormal
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen sesuai dengan cara pemeriksaan fisik yang dilakukan diantaranya :
a.Inspeksi
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen adalah:
a)Adanya luka atau luka bekas operasi hingga timbulnya jaringan parut
b)Bila ada luka, adakah pus atau serum
Adanya pus mengartikan bahwa telah terjadi peradangan pada daerah luka.
c)Nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen.
Nodul atau massa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tak ganas. Selain itu juga bisa merupakan suatu hernia.
d)Hyperpigmentasi kulit abdomen
Pada pasien yang sedang hamil, hyperpigmentasi atau yang biasa disebut dengan striae ini wajar terjadi, namun bila hal ini terjadi pada pasien yang tidak sedang mengalami kehamilan, maka hal ini terjadi pada pasien yang mengalami asites.
e)Adanya gelombang peristaltic menandakan adnya obstruksi di GI
f)Adanya pulsasi menandakan adanya peningkatan pada aneurisme aortic
g)Bentuk abdomen
Pada pasien dengan marasmus perutnya akan terlihat sangat kurus dan cekung. Sebaliknya pada pasien-pasien yang mengalami sirosis hepatis, biasanya terjadi asites pada perut karena penumpukan cairan yang berlebihan.
b.Palpasi
Pemeriksaan palpasi abnormal yang mungkin terjadi diantaranya :
a)Teraba nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen.
Nodul atau massa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tak ganas. Selain itu juga bisa merupakan suatu hernia.
b)Nyeri dan nyeri tekan
Letak nyeri menjadi pengaruh dari masalah yang terjadi di daerah tersebut, yang nantinya akan mempengaruhi pendiagnosaan serta perawatan dan pemberian terapi atas nyeri yang dirasakan.
c)Raba hepar saat pasien menghirup nafas, bila ujung teraba keras, menandakan sirosis.
d)Ukur jaraknya dari margin costae pada garis midclavicular, bila jarak meningkat kemungkinan terjadi hepatomegali.
e)Raba ginjal, apabila terjadi pembesaran kemungkinan terjadi hidronefrosis, kanker, kista.
f)Periksa nyeri tekan terhadap sudut kostovertebra kemungkinan bila terjadi nyeri tekan pada infeksi ginjal.
g)Adanya kekauan otot pada daerah yang nyeri.
c.Perkusi
Perkusi abnormal yang mungkin ditemukan dalam pemeriksaan abdomen adalah:
a)Bunyi pekak pada sebagian besar abdomen terlebih pada bagian atas, dapat ditemukan pada pasien dengan sirosis hepatis yang asites.
b)Pada daerah lambung terdengar pekak, disebabkan karena hepatomegali ataupun slenomegali.
c)Pada Vesika Urinaria terdaengar sonor, disebabkan karena adanya retensi urine dalam vedika urinaria.
d.Auskultasi
a)Penurunan atau peningkatan bising usus.
Bising usus meningkat pada saat seseorang mengalami diare, dan menurun pada saat seseorang konstipasi.
b)Adanya desiran menandakan adanya stenosis arteri renalis.
Disebabkan karena arteri renalis mengalami perforasi
c)Friction rubs menandakan adanya tumor hear, infark splenikus.

D.Menelan
1.Definisi
Uji fungsi menelan adalah kegiatan menguji tentang fungsi menelan pada fase orofaring.
2.Tujuan
Tujuan dari uji fungsi menelan adalah mengetahui keadaan fungsi menelan dari pasien- pasien karena proses menelan penting sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi manusia.Dalam uji fungsi menelan dapat terjadi komplikasi yaitu aspirasi.
3.Indikasi
Uji fungsi menelan dilakukan pada pasien-pasien yang mengalami stroke, gangguan neurologis, defisit struktural seperti celah atau jaring kongenital, divertikula, surgical ablations, cedera saraf kranial, dan radiasi fibrosis dengan keluhan sebagai berikut:
a.Jika ada gangguan dalam fungsi mengunyah dan menelan, seperti yang disebutkan dibawah ini :
•Ngeces (drooling)
•Sulit mengunyah makanan berserat
•Makanan atau saliva terkumpul di pipi
•Sulit menelan makanan cair
•Berkurang atau menghilangnya daya pengecapan
•Rongga hidung terasa terbakar (panas)
•Tersedak atau ada perasaan tercekik sewaktu menelan
•Melakukan gerakan yang berlebihan atau berusaha keras untuk menelan
•Makanan yang ditelan keluar melalui lubang hidung
•Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
•Ada perasaan makanan tersangkut di saluran pencernaan
•Sulit menelan karena tenggorokan kering/ kelenjar air liur berkurang

b.Jika ada gangguan dalam berbicara :
•Pelo
•Suara serak
Pemeriksaan Fisik Menelan
1.Keadaan umum pasien
2.Pemeriksaan rongga mulut, evaluasi gerakan dan kekuatan otot mulut dan otot lidah.
3.Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum mole, sensibilitas orofaring dgn sentuhan spatel lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan evaluasi suara (keterlibatan laring)
4.Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring, uvula, epiglotis, pita suara, plika ventrikularis dan sinus piriformis.
5.Pemeriksaan neurologi fungsi motorik dan sensorik saraf kranial
6.Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang servikal, evaluasi massa leher, pembesaran KGB leher dan trauma


DAFTAR PUSTAKA

Priharjo, Robert.2005.Pengkajian Fisik Keperawatan edisi 2.Jakarta: EGC
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC.
Rahardjo, Djoko Setijadji. 2001. Pedoman Praktis Pengkajian Fisik Secara Umum. Surabaya: Cipta Usaha Makmur.
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.
Jakarta. EGC
Priharjo, Robert. 1995. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.

No comments:

Post a Comment